Dia Telah Pergi,...

Sub: Dua Rescuer Basarnas Gugur di Medan Tugas

Setelah ditemukan, jenazah Tengku Rahmatsyah Putra dievakuasi ke RSUD Kabupaten Tanah Karo dan dimandikan. Jenazah korban selanjutnya disemayamkan ke rumah duka. Jenazah juga dishalatkan di Masjid Al Jami Tanjung Mulia, Kota Medan sebelum dimakamkan sekitar pukul 02.00 WIB.

Seperti diberitakan sebelumnya, setelah 8 hari dalam pencarian tim SAR, dua (2) rescuer Kantor SAR Medan atas nama Tengku Rahmatsyah Putra (36) dan Dodi Prananta (38), akhirnya berhasil ditemukan, Rabu (23/10/2024) petang. Keduanya ditemukan di bendungan PT Wampu Electric Power (WEP) Desa Rih Tengah, Kecamatan Kutabuluh, dalam keadaan meninggal dunia. Sebelumnya, mereka melaksanakan operasi SAR mencari korban hanyut di Sungai Solok menggunakan rafting. Namun, rafting mereka menabrak kayu yang melintang di sungai dengan arus sangat deras. Akibatnya, rafting terbalik. Tim SAR berjumlah 6 personel terlempar dan hanyut terseret arus. 4 personel berhasil menyelamatkan diri. Namun, 2 personel tersebut meninggal dunia.

Tengku Rahmatsyah Putra lahir di Medan, 12 Juni 1987. Golongan pangkatnya Pranata Muda III/a. Ia tinggal di Jl Mangaan I Lingkungan 6 Gg. Bahagia 4 No 77 A, Mabar, Medan Deli, Medan Kota, Sumut. Prial bertinggi badan 168 dan berat badan 75 kilogram tersebut alumni SMAN 3 Medan Barat. Ia sempat kuliah dan lulus Diploma III di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara angkatan tahun 2008. Pria yang hobi hobi olah raga dan mendengarkan music ini bertugas di Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Medan sejak tahun 2009. Terakhir, ia menduduki jabatan rescuer mahir dengan pangkat (golongan ruang) Penata Muda (III/a).

Putra pasangan Tengku Kamaluddin dan Tengku Duratuusaniah tersebut menikahi Zuhriana Nasution (37) pada tanggal 17 Maret 2013. Istrinya juga personel di Kantor SAR Medan yang saat ini menduduki jabatan sebagai Penata Kelola Pencarian dan Pertolongan (PKPP) ahli muda. Pasangan ini dikarunia 2 putra, Tengku Ottmar Syarief (10) yang saat ini duduk di kelas 4 dan Tengku Muhammad Al Kautsar (8) yang duduk di kelas 2.

Beberapa pendidikan dan pelatihan SAR pernah diikuti. Diantaranya, diklat Dasar Panjat Tebing Hanger, diklat Vehicle Accident Rescue (VAR), familiarisasi peralatan Emergency Lighting Manpack, dan lainnya.

Tengku Rahmatyah Putra juga pernah terlibat dalam operasi berskala besar, seperti operasi jatuhnya SAR Cassa 121 di Gunung Leuser Bahorok pada tahun 2011, operasi SAR pesawat jatuhnya Hercules di Jl. Djamin Ginting Medan tahun 2015, dan gempa bumi di Bener Meriah pada tahun 2022. Ia juga telah mendapatkan Satyalancana Karya Satya 10 tahun pada tahun 2020.

Pribadi Tengku Rahmatyah Putra dikenal ramah, mudah bergaul, dan humoris. Di atas semua itu, ia memiliki jiwa social yang tinggi. Di mata teman-temannya, ia pribadi yang rajin, tekun, dan suka membantu teman-temannya. Ia aktif mengikuti siaga SAR rutin dan dipercaya sebagai Kepala Jaga Harian (Kagahar), terlibat dalam siaga SAR khusus, dan latihan-latihan SAR.

“Ia rajin berolahraga, bahkan mengatur pola makannya demi menjaga kesehatan dan staminanya sebagai rescuer,” ungkap Torang, Kepala Sumber Daya Kantor SAR Medan.

Dijelaskan, dia juga seorang periang. Selalu antusias dalam kesehariannya. Bahkan, setiap kali berhasil melaksanakan tugas operasi SAR, dia selalu bersemangat membagikan cerita dan pengalamannya kepada sejawatnya dengan gaya bicaranya yang humoris.

Ketika mendengar informasi orang hanyut di Sungai Lau Biang, diapun tanpa ragu memutuskan untuk ikut serta dalam tim pertama. Namun, takdir berakhir berbeda. Ia gugur dalam operasi SAR tersebut. Keluarga besar Basarnas, terutama Kantor SAR Medan serta seluruh Potensi SAR berduka. Tidak ada kata-kata yang cukup untuk menggambarkan rasa kehilangan itu. Mereka telah kehilangan seorang saudara, seorang teman, dan seorang pahlawan yang selalu berdiri di garis depan, berjuang demi keselamatan orang lain tanpa pernah memikirkan dirinya sendiri.

Setiap misi kemusiaan yang dilaksanakan bersama tim SAR penuh dengan keberanian, semangat, dan ketulusan. Dia adalah sosok yang selalu siap menolong, tanpa pernah mengeluh, meski tantangan di depan begitu besar. Kini, dia telah pergi, meninggalkan kekosongan yang mendalam di hati semua insan SAR.

Namun, insan SAR selalu memahami sebuah resiko. Di balik kesedihan itu, insan SAR harus terus melanjutkan perjuangan yang telah dia mulai. Pengorbanan yang dia berikan tidak akan pernah terlupakan, dan semangat juangnya akan terus hidup dalam setiap langkah ke depan. Insan SAR harus lebih baik. Harus lebih safety. Harus lebih kapabel dan harus lebih canggih dari aspek peralatan maupun sarana prasarana SAR. Dan, insan SAR harus tetap solid dalam mengampu misi kemanusiaan.

Selamat jalan, sahabat. Kami semua akan merindukanmu. Kami semua akan melanjutkan perjuanganmu. (*)