JAKARTA – Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Kabasarnas) Marsdya TNI Kusworo mengungkapkan kesedihan mendalam atas gugurnya dua rescuer Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Medan. Hal itu disampaikan saat memberikan pengarahan kepada seluruh pegawai di lingkungan Basarnas secara online, Kamis (24/10/2024) sore.
“Kehilangan besar bagi Basarnas. Satu nyawa saja, tidak ternilai harganya. Sedih sekali rasanya harus kehilangan dua rescuer sekaligus. Di luar takdir dari Yang Maha Kuasa, saya minta seluruh pegawai Basarnas, baik di pusat maupun daerah, melaksanakan evaluasi menyeluruh terkait musibah ini,” tegasnya.
Orang nomer satu di Korps Baju Orange tersebut menginstruksikan kepada seluruh kepala kantor SAR, khususnya Medan, untuk membuat tim investigasi sekaligus melaksanakan analisa mendalam terkait musibah tersebut. Semua aspek teknis yang menyebabkan musibah itu terjadi harus dikulik dan dibuka secara terperinci. Harus detail, mulai dari petunjuk pedoman penyelenggaraan SAR, Standard Operating Procedure (SOP), kapabilitas rescuer, sarana prasarana dan peralatan, hingga pelibatan Potensi SAR. Hasil analisa tersebut diharapkan menghasilkan rekomendasi yang konstruktif sebagai referensi dalam penyelenggaraan SAR ke depan. Tidak hanya di Medan, tetapi juga bagi seluruh kantor SAR yang berpotensi menghadapi kasus serupa. Para kepala kantor SAR diinstruksikan membuat analisa berdasarkan peta wilayahnya masing-masing.
“Orientasinya agar kejadian serupa tidak terjadi lagi di masa depan. Saya berharap, peristiwa ini menjadi yang terakhir kali di Basarnas. Jangan lagi ada anggota kita yang gugur saat melaksanakan tugas,” ungkapnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, setelah 8 hari dalam pencarian, dua (2) rescuer Kantor SAR Medan masing-masing Tengku Rahmatsyah Putra (36) dan Dodi Prananta (38), berhasil ditemukan tim SAR di area bendungan PT Wampu Electric Power (WEP) di Desa Rih Tengah, Kecamatan Kutabuluh, Kabupaten Tanah Karo., Rabu (23/10/2024) petang. Keduanya dalam keadaan meninggal dunia.
Kedua pahlawan kemanusiaan tersebut gugur dalam tugas. Mereka terlibat dalam operasi pencarian korban atas nama Jeplenta Sebayang (36) warga Desa Limang, Kecamatan Tiga Binanga, Kabupaten Karo yang dilaporkan hanyut saat memancing. Ketika proses pencarian berlangsung, rafting memasuki alur sungai yang menyempit dan sangat deras. Rafting kedua rescuer bersama 4 personel lainnya tersebut tak terkendali dan menabrak kayu yang melintang. Rafting terbalik. Keenam personel terlempar dan terseret arus yang deras itu. Empat personel berhasil menyelamatkan diri dan 2 rescuer tersebut meninggal dunia. Sementara korban hanyut, Japlenta Sebayang, juga ditemukan meninggal dunia pada hari Sabtu (19/10/2024). (*)