JAKARTA - Delapan kantong jenazah berhasil dievakuasi tim penyelam Basarnas, Kamis (8/11/2018). Jenazah dievaluasi ke posko menggunakan KN SAR-231 Sadewa tepat pukul 18.10 WIB. Dengan tambahan hasil operasi hari kedelapan ini, total jumlah kantong jenazah yang telah berhasil dievakuasi sebanyak 195. "Up date operasi hari ini, tim SAR berhasil menemukan 8 kantong jenazah. Semua jenazah telah diberi label dan kami serahkan kepada tim DVI untuk selanjutnya dievakuasi ke Rumah Sakit Polri," kata Kabasarnas melalui Kabag Humas SNN Sinaga saat konferensi pers di Posko JICT 2 Pelabuhan Tanjung Priok pukul 19.10 WIB. Seperti diberitakan sebelumnya, tim Basarnas masih terus melaksanakan operasi SAR di lokasi jatuhnya pesawat. Mereka beroperasi di sektor prioritas 1 yang telah diberi marking atau point penyelaman dimana dicurigai terdapat korban.

Anchor atau center penyelaman yang sebelumnya menggunakan Kapal Teluk Bajau Victori milik Pertamina, diganti dengan Kapal Baruna Jaya I milik BPPT. Kapal ini dilengkapi dengan peralatan Scan Side Sonar, Multi Beam Echo Sounder (MBES), Ping Locator untuk mendeteksi bagian black box Cockpit Voice Recorder (CVR), dan Remotely Operated Underwater Vehicle (ROV).

Target operasi adalah mencari dan mengevakuasi korban yang diduga masih berada di dasar laut, di sekitaran puing dan serpihan pesawat, dengan radius 250 meter. "Tim SAR melakukan penyapuan, baik di dasar laut maupun di permukaan untuk mencari korban," tegasnya. Terkait pencarian CVR yang menjadi tanggung jawab dan tugas KNKT, telah mengerahkan 4 alat ping locator yang telah di-set up di atas Kapal Baruna Jaya I. Jika alat tersebut berhasil mendeteksi sinyal CVR maka sebagian penyelam Basarnas siap turun tangan untuk membantu proses pencarian, menemukan, dan mengangkatnya. "Kami bersinergi, solid, dan bahu membahu di lapangan," lanjutnya.

Dijelaskan sebelumnya, ping locator sempat mendeteksi sinyal bagian black box tersebut, namun lemah. Sumber sinyal itu sulit dipastikan posisinya mengingat dasar laut terdapat lumpur yang kedalamannya lebih dari 1 meter.

Sementara pada prioritas 2, tim SAR melakukan penyapuan di area sekitar center point hingga penyapuan di sepanjang garis pantai Tanjung Karawang - TanjungPakis untuk mencari korban yang kemungkinan hanyut terbawa arus.

Pada operasi hari ini, Basarnas mengerahkan KN SAR Basudewa sebagai On Scene Coordinator (OSC), KN SAR Sadewa sebagai SAR Unit (SRU), KN SAR Drupada sebagai SRU dan 2 unit Rubber Inflatable Boat (RIB), serta 41 personil penyelam dari Basarnas Special Group (BSG). Seperti diberitakan sebelumnya, Kabasarnas Marsdya TNI M Syaugi selaku SAR Coordinator (SC) memperpanjang 3 hari proses pencarian korban Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT-610 yang jatuh di Perairan Karawang. Perpanjangan dilaksanakan setelah evaluasi, koordinasi dengan seluruh stakeholder, dan masukan-masukan faktual dari lapangan. Perpanjangan waktu tersebut dilaksanakan untuk memastikan bahwa sudah tidak ada lagi korban yang harus dievakuasi, baik di dasar laut maupun di permukaan.

Tim SAR yang beroperasi hanya dari internal Basarnas dan tim dari KNKT yang punya kepentingan mencari dan menemukan CVR dengan mengerahkan Kapal Baruna Jaya I milik BPPT.

Kabasarnas juga mengucapkan terimakasih dan penghargaan serta apresiasi yang tinggi atas sinegitas, dedikasi, dan kerjasama yang solid di lapangan kepada seluruh potensi SAR yang terlibat selama operasi, masing-masing dari unsur TNI-Polri, Kementerian Perhubungan, KPLP, KSOP, Bea Cukai, Bakamla, KKP, Pertamina, Indonesia Diver Rescue Team (IDRT), POSSI, dan tim pendukung.

Sekedar mengingatkan, pesawat Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT-610 rute Cengkareng - Pangkalpinang mengalami kecelakaan 13 menit setelah lepas landas dari Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Senin (29/10/2018) pagi. Pesawat dengan personal on board sebanyak 189 orang itu jatuh di kawasan Perairan Karawang, Jawa Barat. (humas Basarnas)