JAKARTA - Kecelakaan baik pelayaran, penerbangan, lalu lintas maupun bencana alam dapat terjadi kapan saja tanpa bisa diprediksi. Berdasarkan data yang dimiliki Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan selalu meningkat setiap tahunnya.
Meningkatnya kecelakaan maupun bencana alam pastinya berdampak pada korban jiwa dan material yang tidak sedikit. Kecenderungan ini tentunya harus disikapi bersama mengingat pencarian dan pertolongan tidak hanya tugas Basarnas tetapi juga seluruh unsur Potensi SAR yang ada. Oleh karena itu Basarnas dan seluruh potensi SAR yang ada harus selalu meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan serta koordinasi secara maksimal agar dapat menekan korban jiwa.
Bertempat di Kapuas Ballroom Hotel Orchardz, Basarnas menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) yang bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan pencarian dan pertolongan bersama seluruh unsur potensi SAR agar dapat terlaksana operasi pencarian dan pertolongan dengan lebih efektif, cepat, dan benar.
Rakor yang berlangsung selama satu hari (24/10/2017) diikuti oleh sekitar 200 orang baik dari internal Basarnas maupun instansi dan organisasi yang menjadi potensi SAR. Mengusung tema “Dengan Rapat Koordinasi Pencarian Dan Pertolongan Nasional, Kita Tingkatkan Kerja Sama Dan Sinergitas Badan Nasional Pencarian Dan Pertolongan (Basarnas) Dengan Potensi SAR Untuk Mengantisipasi Terjadinya Kecelakaan, Bencana Dan Kondisi Membahayakan Manusia” rakor dibuka secara langsung oleh Kepala Basarnas Marsekal Muda (TNI) M. Syaugi, S, Sos., MM.
Syaugi dalam sambutannya mengatakan bahwa dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2014 tentang pencarian dan pertolongan, jelaslah bahwa pemerintah wajib hadir dalam melindungi keselamatan warganya yang terancam akibat kecelakaan, bencana maupun kondisi membahayakan manusia. Pemerintah dalam hal ini Basarnas bertanggung jawab memberikan pelayanan pencarian dan pertolongan dengan didukung oleh seluruh Potensi SAR yang ada di Indonesia.
Salah satu contoh adanya sinergi Basarnas dengan potensi SAR yakni pelaksanaan operasi antisipasi erupsi Gunung Agung di Bali. "Basarnas saat ini sedang melaksanakan operasi siaga mengantisipasi erupsi Gunung Agung dengan mengirimkan tim rescue Basarnas Special Group dari Pusat dan bergabung dengan seluruh unsur terkait di Bali", ujarnya.
"Sebagai instansi pemerintah yang diberikan otoritas dalam pelayanan pencarian dan pertolongan, maka Basarnas merupakan leading sector dalam pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan serta bertanggung jawab dalam pembinaan potensi SAR. Namun demikian dengan segala keterbatasan tentunya Basarnas tidak dapat bekerja sendirian melainkan perlunya bantuan dan dukungan dari seluruh potensi SAR", tegasnya. Kabasarnas menambahkan Basarnas senantiasa terus memacu kemampuannya guna meningkatkan kualitas pelayanan pencarian dan pertolongan kepada masyarakat. Peningkatan kualitas tersebut dilakukan melalui penguatan empat pilar penentu keberhasilan operasi pencarian dan pertolongan yaitu profesionalisme, kesiapan sarana dan prasarana, mekanisme kerja yang mantap, serta kekompakan personil.
Diakhir sambutannya Jenderal Bintang Dua ini berpesan agar Rakor pencarian dan pertolongan ini semakin mempererat kerja sama serta menjadi wahana untuk menyatukan pola pikir dan pola tindak dalam melaksanakan operasi pencarian dan pertolongan. Pada kesempatan ini juga dilakukan diskusi panel terkait bencana dan penyelenggaraan operasi SAE dengan menghadirkan empat narasumber, yakni Deputi Operasi dan Kesiapsiagaan Basarnas Mayjend (TNI) Heronimus Guru, M.Si (Han), Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB Ir. Wisnu Widjaja, M.Sc, Investigator KNKT Capt Bondan Dewaanto Legowo, dan Staf Ahli Kebencanaan Kememterian ESDM Surono. (an)